By: Sonny Zulhuda
Alkisah aplikasi tebusan (Ransomware) “WannaCry” melanda dunia cyber global…
150 negara dilanda ributnya, ribuan dolar uang tebusan diminta, ratusan ribu komputer terinfeksi, jutaan data terancam musnah, dan pastinya kesusahan yang tiada ternilai menghantui para korbannya.. “princeless” – istilah sebuah iklan komersial.
Apa yang harus dilakukan?
Menghadapi bencana digital seperti ini, berlakulah prinsip yang sama upaya “Penanggulangan Bencana” yang baru-baru ini saya pelajari dalam kursus Disaster Management bersama MDMC. Penanggulangan bencana dibagi kepada tiga fase:
- Fase pra-bencana
- Fase saat bencana
- Fase pasca bencana.
Ketika seseorang atau sebuah instansi sudah menjadi korban malware WannaCry ini, maka hal pertama adalah penanggulangan saat bencana.
Langkah-langkah yang diambil harus cepat, tepat dan bertujuan menghentikan bencana atau meminimalisirnya baik dengan cara teknis seperti menghentikan koneksi Internet sementara, menyetop aplikasi perkongsian data, atau mengoreksi setting sistem informatika sebuah organisasi. Selain itu, langkah non-teknis harus segera dibuat: notifikasi kepada segenap jaringan tentang masalah ini, dan mereduksi aktivitas yang memerlukan aplikasi jaringan. Kalau perlu bekerjalah menggunakan laptop lain yang tidak terinfeksi. Jangan lupa sampaikan ke jaringan kerja atau teman-teman di media sosial bahwa anda sedang menghadapi masalah ini sehingga komunikasi kemungkinan menjadi terhambat.
Saya jadi teringat adagium klasik “sebaik-baik obat adalah dengan menjaga kesehatan” yang sangat relevan dalam dalam dunia teknologi informasi. Dari segi teknis, langkah-langkah preventif seperti penggunaan aplikasi yg standard, anti-virus yang selalu ter-update, dan penyediaan back-up data menjadi keharusan. Karena jika piranti kita sudah diserang dengan berbagai “unsur jahat”, maka kadang-kadang upaya kuratif yang reaktif menjadi tidak bermakna.
Dalam perspektif hukum dan kebijakan, upaya preventif juga menjadi sebuah keharusan. Jika tidak ingin terjerat masalah cybercrime, misalnya.. maka jangan bermain dengan apinya. Jangan terpancing dengan rekayasa sosial (social engineering) yang menawarkan hadiah, romantika cyber, teman virtual atau sekedar promosi-promosi yang menggiurkan.
Jika sudah terpedaya dengan pancingan itu, jika sudah terkontaminasi komputer kita oleh virusnya, jika sudah diambil data-data penting kita.. maka langkah reaktif menjadi tidak berguna.
Masih inget Bang Napi? “Waspadalah!!”